TEROPONGKOTA.ID – Jakarta, 20 Juni 2025 – Pembangunan proyek raksasa Tanggul Laut atau Giant Sea Wall (GSW) yang kini bakal diteruskan oleh pemerintah menuai sorotan dari berbagai pihak. Meski disebut-sebut sebagai solusi ampuh untuk mencegah banjir rob hingga dan erosi di Pantai Utara Jawa, namun proyek ini juga menimbulkan kekhawatiran besar terkait dampaknya terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat pesisir.
Giant Sea Wall direncanakan membentang sejauh 500 kilometer dari Banten hingga Gresik, Jawa Timur. Proyek ini sebenarnya bukan hal baru, karena sudah dirancang sejak era Orde Baru namun terus tertunda. Baru pada 2014, pembangunan tanggul di Jakarta mulai dilakukan, dan kini rencana perluasannya kembali dihidupkan.
Namun, data dari Destructive Fishing Watch (DFW) pada April lalu menunjukkan bahwa 56,2% masyarakat pesisir tidak setuju dengan pembangunan ini.
Alasannya bukan tanpa dasar yaitu mereka khawatir kehilangan mata pencaharian serta rusaknya lingkungan hidup mereka.
Menurut pengamat kebijakan publik yang sekaligus penggagas proyek pengendali banjir Jakarta atau Jakarta integrated Tunnel (JIT) Wibisono mengatakan, Giant sea Wall di pesisir Jawa memang perlu di bangun, namun perlu di kaji terkait dampak lingkungan dipesisir pantai yang masyarakatnya mayoritas nelayan, sebaiknya tidak semua pesisir dibendung…tapi hanya daerah daerah perkotaan saja yang dibangun, sehingga masyarakat nelayan tidak terganggu, karena tidak semua wilayah mengalami penurunan permukaan tanah (land subsidence), hanya diwilayah jakarta Utara saja.
“Khusus kota jakarta, sudah tidak perlu dibangun menyeluruh lagi, kan sudah ada reklamasi di wilayah Utara yakni PIK2 dan PIK 3, itu sudah cukup, mungkin yang perlu di tanggul wilayah Pluit dan sekitarnya saja,” ujar Wibi
“Problem banjir dijakarta itu tidak hanya Rob , tapi ada faktor lain yang justru lebih mengkhawatirkan yakni luapan dua sungai besar yaitu sungai Ciliwung dan sungai Pesanggrahan, dua luapan sungai inilah yang perlu di antisipasi setiap tahunnya,” tambahnya
“Ada 3 faktor banjir di jakarta, yakni akibat Rob, hujan lokal intensitas tinggi dan luapan sungai Ciliwung dan Pesanggrahan, sedangkan saya sudah membuat konsep dan menawarkan ke pemerintah bahwa banjir luapan kedua sungai tersebut dapat diatasi dengan membypas kedua sungai tersebut dengan terowongan terpadu pengendali banjir, yang berfungsi untuk menampung luapan sungai kedalam saluran tertutup yakni terowongan raksasa,” papar Wibi
“Saya dukung proyek Giant sea wall ini, karena sejalan dengan proyek JIT, untuk menyelamatkan Jakarta dari ancaman tenggelam , dan setiap tahunnya mengalami kerugian Rp.22 Trilyun akibat banjir luapan sungai Ciliwung.” Pungkasnya